Koq bisa? Itu adalah reaksi saya pertama kali mendengar ungkapan ini. Bagaimana mungkin kasih itu sabar?
Ibarat kasih sayang seorang ibu kepada anaknya. Meski anaknya bertabiat kurang menyenangkan, kasih sayang ibu tak pernah luntur, begitu sabar mencoba membantu menghilangkan kebiasaan buruk anaknya. Terus tanpa putus asa memberi pengertian agar anaknya bisa hidup bertabiat jauh lebih baik.
Meski anaknya kurang ajar, seorang ibu tetap bersabar karena ada kasih sayang.
Ini adalah tantangan buat aku, kalau memang aku betul punya sifat kasih alias sifat rohman dan rohim, bisakah aku tidak menyebarkan virus permusuhan? Bisakah aku memaafkan kesalahan orang lain?